RI3SKA.COM – Ringgit Juliana Siahaan, kelahiran 1986, untuk kategori seniman dan pengusaha, bisa dibilang masih sangat muda, namun karya dan pengalaman wanita berkacamata yang akrab disapa Juju ini cukup mengagumkan.
Pada tahun 2005, wanita berasal dari kota Medan, hijrah ke Jakarta untuk meneruskan kuliah dan mengambil gelar kesarjanaanya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) jurusan Seni Murni, Lukis.
Setelah lulus kuliah, ia sempat bekerja sebagai desainer grafis pada sebuah perusahaan periklanan di Jakarta, tetapi karena gairah untuk bebas berkarya membuatnya memilih menjadi desainer lepas antara lain dengan mengerjakan beberapa proyek.
Salah satunya, proyek dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang membawanya menyelusuri ke sudut-sudut pulau menjelajahi samudera dari barat sampai ke timur nusantara.
Menurut Juju, menembus dan meresap keindahan ibu pertiwi merupakan pengalaman yang paling berharga, karena bisa memberinya kesempatan untuk berinteraksi dengan warga lokal sekaligus mendalami dan menghayati kekayaan budaya, hingga membuahkan hasil karya gambar-gambar yang menarik dari hasil perjalanannya itu.
Tahun 2012 Juju berkenalan dengan kerajinan kulit yang membuatnya jatuh cinta dan mendorongnya untuk mempelajari semua seluk-beluk dunia ini. Iapun beralih dengan membuka usaha sepatu kulit, dimulai dari mendesain, membuat pola dan mengerjakan setahap demi tahap semua proses yang dipelajari secara otodidak dari para pengrajin profesional.
Pada tahun 2014, Juju secara yakin membuka toko sepatu buatan tangan di Jakarta dengan label “Raw Footwear” bersama rekan bisnisnya yang dibantu beberapa pengrajin. Sampai saat ini toko yang dibangun dan dirintisnya, masih eksis di Kemang Jakarta Selatan, yang sangat dikenal sebagai kawasan hunian orang asing.
Ia sengaja memilih kawasan Kemang untuk membidik segmen warga asing yang menyukai sepatu buatan tangan, terutama bila dibuat dengan teknik konstruksi dan material berkualitas.
Demi memajukan usaha sepatunya pada akhir 2015 Juju hijrah ke Italia untuk melanjutkan pendidikannya di Università della Calabria melalui program beasiswa, dan tanpa membuang waktu dalam waktu yang bersamaan, ia juga mengikuti program pendidikan Magistrale Turistico Culturali.
Semasa menjalani pendidikannya ia sempat berkunjung ke beberapa pameran kulit, sepatu dan yang sejenisnya, seperti pameran “MICAM” yang diselenggarakan di Milan dan Pitti Uomo di Firenze. Ia juga memanfaatkan kesempatan yang ada selama berada di Italia untuk magang di salah satu pabrik kulit Piero Tucci, di Firenze.
Hingga tahun 2017, ia masih melanjutkan usaha sepatu, namun karena jarak dan beberapa alasan, akhirnya ia lepas usaha ini dan usahanya tersebut sekarang diteruskan oleh rekan usahanya.
Juju yang senang berkarya, juga mendapatkan kepercayaan dari Bekraf untuk berpartisipasi sebagai salah satu penjaga anjungan Indonesia dalam Biennale Venezia yang kala itu memamerkan karya Tintin Wulia dengan tajuk 1001 Martian Homes dan bagi Juju yang alumni seni rupa pengalaman ini sangat mengesankan.
Selama tinggal di Italia, Juju juga menyibukkan diri dengan beragam kegiatan, misalnya membuat komik alternatif dan mengikuti festival illustration (ilustrasi festival) di Italia sambil menjual beberapa karyanya, termasuk lukisan profil klien dengan media cat air. Selain gemar menggambar dan melukis, Juju mempunyai hobby lainnya seperti membaca, mengoleksi dan membuat komik sejak kecil dan ia merasa puas ketika bisa melihat pameran buku anak terbesar di Italia yaitu Bologna Book Fair.
Menggambar merupakan kegiatan favoritnya, dimanapun dan kapanpun berada, ia selalu menggambar, tidak jarang media yang tidak umum seperti tiket bis pun bisa menjadi sasaran kreativitasnya.
Obyek gambarnya beragam, mulai dari penjaga toko, supir taksi, gedung-gedung di kota yang disinggahinya, termasuk dirinya sendiri yang menjadi sasaran koleksi buku khusus selfienya.
Rupanya jiwa petualangannya yang bebas terus bergelora, seusai mengecap pendidikan di Italia, ia hijrah ke Alsace, Perancis untuk mengembangkan diri sebagai seniman lepas ilustrator permukaan tekstil yang ia buat menjadi syal.
Hasil karyanya seperti outter, tas yang dia jahit sendiri, ia dititipkan pada sebuah concept store di kotanya.
Demikian Ringgit Juliana Siahaan, setiap lukisan yang ditorehnya menampilkan potret diri yang unik dan khas dengan kacamata yang sangat bersahaja namun sarat dengan ide brilian untuk terus berkarya dan tetap berkarya merealisasikan mimpi dan cita-citanya sebagai ilustrator, desainer dan shoe maker (calzolaio) profesional.
Untuk melihat hasil-hasil karya Juju yang inspiratif ini, bisa dilihat di account Instagramnya @kioskjulie (https://www.instagram.com/kioskjulie/ )
(1) Potret diri selama lockdown. Terkurung selama pandemi tak mengurangi gairahnya dalam berkarya. Selama hampir 3 bulan ia mengamati pergantian musim dingin ke musim semi, dimana tanaman mulai bertunas, sebagai simbol harapan baru.
- Visi
Ilustrasi anak dan kerajinan tangan adalah dua hal yang sangat disukainya, karena itu ia tidak pernah berhenti untuk berkarya. Cita -citanya memajukan dunia kerajinan kulit. Modal besar untuk alat dan material adalah isu utama.
3) Mimpinya sejak kecil, Juju ingin membuat buku anak dengan ilustrasi hasil karyanya dan ia tidak mau kalah dengan Hellen Beatrix Potter, pengarang dan ilustrator buku anak asal Inggris yang terkenal dengan seri Peter Rabbit dan kawan-kawan.
4) Lukisan acrylic on canvas.
Empat diantara 8 seri lukisan acrylic on canvas, karya tahun 2010 menceritakan masa kecil Juju yang memiliki kesulitan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya. Juju kecil, cenderung menciptakan dunia fauna, bermain dengan binatang yang hidup di sekitarnya dan jangan sampai menyakiti mereka
(5) Sosok diri.
September ini genap berusia 35 tahun, senyum dan wajahnya yang imut dihiasi kacamata bundarnya menjadi ciri khas sang seniman cerdas, pemalu namun kreatif, imajinatif, artistik dan altruistis ini.
Penulis: Claudia Magany
Editor: Rieska Wulandari & JG