RI3SKA.COM, (TOKYO) – Penonton dari luar negeri tidak akan diizinkan untuk menghadiri Olimpiade Musim Panas di Jepang, kata penyelenggara pada hari Sabtu (20/3), hal ini merupakan konsesi besar menghadapi kenyataan pandemi Covid-19, dengan demikian mereka terus maju dengan rencana untuk mengadakan acara olahraga terbesar di dunia tanpa penonton dari luar negeri.

Olimpiade Tokyo, yang dimulai pada Juli, awalnya dijadwalkan pada tahun 2020 tetapi ditunda selama satu tahun karena pandemi. Panitia penyelenggara Olimpiadi Tokyo telah berusaha keras untuk mengembangkan protokol keamanan untuk melindungi peserta dan penduduk lokal dari virus, namun kekhawatiran semakin tinggi di Jepang dan dalam jajak pendapat, mayoritas responden menolak Olimpiade untuk musim panas tahun ini.

Seiko Hashimoto, presiden komite Tokyo, pada konferensi pers, hari Sabtu ini menjanjikan walau tanpa penonton internasional tidak akan mengganggu pelaksanaan Olimpiade.

“Olimpiade Tokyo 2020 akan sangat berbeda dari sebelumnya, tetapi esensinya tetap sama,” kata Hashimoto. “Para Atlet akan tetap mempertaruhkan dan menginspirasikan orang-orang dengan penampilan luar biasa mereka.”

Keputusan untuk menutup kedatangan penonton dari luar negeri, yang dibuat oleh penyelenggara Tokyo bersama dengan Komite Olimpiade Internasional, Komite Paralimpiade Internasional dan pemerintah nasional dan lokal di Jepang, telah diperkirakan oleh mass media Jepang selama berminggu-minggu.

Thomas Bach, presiden I.O.C., telah mendesak komite penyelenggara nasional untuk menyediakan vaksin bagi para atlet.

Bulan ini pihaknya mengumumkan bahwa China telah menawarkan pemberian vaksinasi bagi peserta yang membutuhkan sebelum Olimpiade, tetapi tidak semua penonton lokal akan memiliki kesempatan untuk divaksinasi sebelum Olimpiade dibuka pada 23 Juli, karena di Jepang, pelaksanaan vaksinaai relatif lambat.

Para pejabat mengatakan pula bahwa mereka akan bertemu lagi pada bulan April untuk membahas jumlah penonton yang diizinkan masuk ke arena pertandingan Olimpiade.

Permasalahan yang dihadapi oleh Panitia penyelenggara saat ini yaitu mengatur pengembalian uang untuk pembeli tiket yang akan dimulai pada bulan Agustus nanti. Ada 600.000 tiket yang telah dibeli oleh Pembeli luar negeri untuk menonton acara Olimpiade dan 30.000 tiket untuk ke “Paralimpiade”, kata penyelenggara.

Pada gelaran Paralimpiade, panitia juga akan melarang penonton dari luar negeri.
Dalam penawarannya untuk Olimpiade, penyelenggara Tokyo mengatakan bahwa akan menyediakan 7,8 juta tiket dan biasanya, sekitar 10 hingga 20 persen tiket Olimpiade jatuh ke tangan penonton internasional.

Para penggemar dari Jepang bisa mendapatkan beberapa kelonggaran, yang mana sebelum pandemi, permintaan tiket lokal jauh melebihi pasokan.

Di Jepang, penyebaran virus Covid-19 memiliki efek yang relatif diredam, jumlah kasus yang terinfeksi dan kasus kematian jauh lebih sedikit dibandingkan Amerika Serikat dan Eropa Barat.

Sejak pandemi dimulai, Jepang telah melaporkan lebih dari 8.700 kematian akibat Covid-19.

Para awal Januari, Jepang mengumumkan keadaan darurat secara meluas, setelah adanya peningkatan infeksi dan minggu ini Perdana Menteri Yoshihide Suga mengumumkan bahwa keadaan darurat akan berakhir di Tokyo.

Sebagai bagian dari upayanya untuk menghentikan penyebaran varian Covid-19, sejak akhir Desember Jepang juga melarang masuknya turis baru dari luar negeri

Namun demikian, larangan tersebut, telah dicabut untuk atlet Olimpiade dan delegasinya.

Keputusan membatasi penonton asing sepertinya tidak dapat meredakan kekhawatiran publik tentang Olimpiade, mengingat ribuan atlet, pelatih, ofisial, dan jurnalis masih akan datang untuk acara tersebut. Menurut beberapa jajak pendapat, hampir 80 persen masyarakat menginginkan Olimpiade ditunda atau dibatalkan sama sekali.

Terlepas dari pro dan kontra, pada hari Kamis para pejabat berencana secara resmi untuk mulai menghitung mundur estafet obor menjelang hari Olimpiade yang dimulai di Fukushima dengan jumlah penonton yang dibatasi.

Sumber: nytimes

Penulis: Julie Ghinami
Editor: Rieska Wulandari

By Redaksi

Minds are like parachutes; they work best when open. Lord Thomas Dewar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X