RI3SKA.COM – Anda yang gemar dunia fotografi dan biasa melakukan hobi ini dengan berburu obyek foto di akhir pekan bersama teman-teman di luar rumah dan bahkan mendapatkan penghasilan dari fotografi, tentu merindukan saat-saat gembira memotret dimana saja, dengan kebebasan penuh tanpa banyak hambatan, seperti dahulu kala.
Namun, apa daya pandemi membuat kita harus betah tertahan di dalam rumah, Apakah pandemi menyurutkan langkah kita untuk berhenti berkarya dan mencari nafkah? Seorang instruktur fotografi @readyhardiyatmoko, mengakui, memasuki bulan April 2020 lalu, dirinya sempat kehilangan setidaknya 8 order dan memaksanya untuk mencari jalan keluar sebagai pengganti dari ordernya yang hilang.
Mantap masuk dalam dunia “melukis dengan cahaya” sejak dua belas tahun lalu, pria ini pernah rutin menjadi kontributor foto bagi sebuah majalah serta mendapat berbagai panggilan untuk mengabadikan pesta dan upacara seperti pernikahan, peresmian, dan banyak acara lainnya, sebelum pandemi terjadi.
“Selama tertahan di rumah dan saat klien membatalkan kegiatan mereka, saya tetap memotret,” ujarnya pria lulusan teknik mesin ini. Ia mengaku memotret dengan kamera yang ada pada gawai telepon genggamnya.
Kamera telepon seluler bisa dimanfaatkan, sebab sejak dunia internet semakin berkembang, kebutuhan orang untuk ilustrasi menjadi beragam, misalnya untuk blogger, untuk artikel dan situs berita yang membutuhkan konten, dari mulai konten gambar, grafis, video ataupun foto.
“Untuk keperluan dunia daring tersebut ternyata hasil jepretan kamera telepon seluler sudah mencukupi karena dianggap sudah cukup baik kualitasnya untuk tampil pada layar handphone bahkan juga pada layar dekstop,” ujarnya Artinya, menurutnya, ada segmen dimana hasil foto kamera ponsel dianggap memenuhi kualifikasi dan kualitas tayang.
Kreatif Di Rumah
Ready mengatakan, untuk meningkatkan keterampilan memotret, sebaiknya jangan bosan untuk mempraktekkan keahlian memotret dan mengambil objek sekitar rumah, misalnya dengan mengeksplorasi kegiatan setiap anggota keluarga di rumah, dari sekedar tingkah polah anak—anak dan pasangan sejak bangun tidur hingga tidur lagi.
Ia mengatakan, bahkan lepas pandemi, berbagai kegiatan seperti pergi sekolah, naik kendaraan umum, masuk gerbang sekolah, belanja di pasar dan lain sebagainya, bisa menjadi momen sederhana yang menarik untuk dijadikan obyek foto bahkan laku dijual.
Ia juga menambahkan, di rumah terdapat berbagai obyek yang cukup sederhana namun bila dikesekusi dengan baik, maka akan lulus kurasi dan bahkan dibeli oleh klien.
Ia menunjukkan sepiring pizza yang masih utuh dan yang telah habis separuh telah dikirimkan kepada agensi dan foto dengan pizza habis separuh justru menarik perhatian klien sebagai foto ilustrasi tentang makanan atau pola makan.
“Ternyata dalam dunia ilustrasi, foto pizza separuh ini lebih menarik daripada foto pizza utuh dan ini salah satu cara unik dan kesempatan unik bagi fotografer untuk memahami ceruk dan kebutuhan pasar,” tuturnya.
Lebih jauh menurutnya, tema foto sebaiknya berkaitan dengan situasi saat ini, misalnya pada masa pandemi maka foto tentang cairan pembersih tangan, obat-obatan, paket mie instan, dan sebagainya, sangat diburu oleh para klien.
Lulus Kurasi Agensi Internasional
Foto-foto yang ia kirimkan kepada beberapa distributor foto online internasional satu persatu diterima oleh agensi dan dibeli oleh klien agensi tersebut. Ready mengatakan tak jarang, satu foto bisa dibeli oleh beberapa klien.
“Semakin banyak klien yang beli, tentu saja, penghasilan kita semakin bertambah,” ujarnya.
Ia mengatakan, karena agensinya merupakan agensi internasional, maka kliennyapun datang dari berbagai negara di Eropa, Amerika dan Asia, Artinya karyanya sudah melanglang buana ke berbagai belahan dunia.
Ready mengatakan, agar lulus kurasi, foto harus lulus standar minimal, yaitu fokus, pencahayaan cukup, tema menarik, komposisi menarik dan kreatif.
Selain itu, pengirim juga harus pandai memainkan narasi dan kata kunci, sehingga satu foto bisa relevan untuk berbagai tema dan situasi.“Semakin banyak kata kunci, maka relevansi foto tersebut dengan tema yang dibutuhkan klien semakin tinggi dan kemungkinan untuk dibeli semakin besar,” ujarnya.
Ready mengakui rindu dengan situasi normal, namun tentu saja, saat pandemi bukan berarti fotografer berhenti berkarya.
Bagi yang berminat, ia juga membuka sekolah fotografi kamera ponsel dengan metode daring dan kursus khusus agar foto yang dihasilkan layak masuk dan lolos kurasi agensi, Bagi yang berminat, silakan hubungi IG @kelaskameraponsel
Selengkapnya wawancara dengan Ready bisa dilihat di
Klik link: https://www.instagram.com/p/CI8Tn1nCE8V/
Alternatif lain untuk sekolah foto dengan kamera ponsel:
Klik link: https://forms.gle/8D9GnUF6u93FhAVv7
Penulis: Rieska Wulandari – Jurnalis, ketua Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indonesia (ISKI) Cabang Eropa
Editor: Syahrul Gunawan