RI3SKA.COM – Mengantisipasi masuknya varian baru Covid-19 dari berbagai belahan dunia, Italia memutuskan untuk menjalani masa karantina yang ketat sejak Desember 2020 hingga Juni 2021.

Pada masa libur Natal, Tahun Baru, Epifania dan Paskah, pemerintah melarang mudik dan menutup semua wahana rekreasi di seluruh negeri, restoran dan bar hanya dapat memberikan layanan pesan antar dan konsumen tidak dapat makan di tempat.

Sekolah tetap berjalan dengan menerapkan tata tertib menjaga jarak, menggunakan masker, mencuci tangan serta vaksinasi terhadap guru dan segenap staf lembaga pendidikan.

Selama di sekolah murid hanya dapat bergaul dengan teman sesama satu kelas dan selama masa istirahat, setiap kelas mendapatkan pojok tersendiri sehigga tidak bercampur dengan kelas lain.

Demikian pula saat pergi dan pulang, akses mengantar dan menjemput diatur sedemikian rupa dengan pergiliran jam yang ketat sehingga tidak terjadi penumpukan di halaman sekolah.

Selama masa pengetatan, Italia juga menjalankan vaksinasi kepada warganya secara masif dan meski sempat terjadi penumpukan massa akibat euforia kemenangan grup Inter dalam Serie A, laporan menyebutkan tidak terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan. Strategi menekan mobilitas manusia dan melakukan vaksinasi pada warga usia lanjut dan lapisan yang rentan, tampaknya memberikan tendensi yang baik.

Kondisi Italia semakin menggembirakan sehingga berangsur zona merah, memudar menjadi zona oranye dan kuning, kemudian sejak Senin 14 Juni, pemerintah Italia menyatakan Italia masuk dalam protokol zona putih.

Maka dengan demikian, kawasan dan fasilitas wisata kembali dibuka dan warga mulai bisa melaksanakan perjalanan wisata di dalam ataupun antar region.
Meski sudah memasuki zona putih, tata tertib anti covid-19 tetap diterapkan dengan ketat untuk menghindari lonjakan infeksi jelang musim dingin mendatang.

Semoga pengorbanan rakyat Italia, memberikan hasil baik dan negara penghasil pizza, keju dan sepatu ini bisa lepas dari cengkeraman virus SARS COV-2.

Keluarga Italia, kembali dapat melakukan pariwisata di Milano Marittima, region Emilia Romagna, yang dikenal sebagai kawasan wisata di tepi Pantai Adriatika yang tenang dan resik. (Foto: Rieska Wulandari)
Pengelola kawasan pantai mengatur lokasi kursi dan payung pantai dengan jarak sedemikian rupa, sehingga pengunjung di pantai tidak bertumpuk.
(Foto: Rieska Wulandari)
Warga memilih kawasan pantai yang sepi, agar terhindar dari kerumunan massa yang lumrah terjadi selama periode liburan musim panas.(Foto: Rieska Wulandari)
Pengusaha kolam renang di kawasan bumi perkemahan di tepi pantai,  membatasi kapasitas pengunjung kolam renang dan pengunjung wajib memesan periode penggunaan kolam renang untuk menghindari penumpukan massa di sekitar fasilitas kolam renang.
(Foto: Rieska Wulandari)
Kenakan masker saat melakukan aktivitas di tepi kolam, namun jangan lupa membuka masker sebelum masuk ke dalam kolam.
(Foto: Rieska Wulandari)
Seorang pengunjung lupa membuka masker saat melakukan aktivitas di kolam renang dan anggota keluarga mengingatkan untuk membuka maskernya.
(Foto: Rieska Wulandari)
Petugas kolam renang mengatur aliran pengunjung dimana setiap grup hanya boleh memanfaatkan kolam renang sebanyak 90 menit dan sebelum grup selanjutnya masuk ke dalam kawasan kolam renang, ia melakukan pembersihan di seluruh kawasan selama 15 menit. Menurutnya, sistem yang khas anti Covid-19 ini justru membuat petugas lebih mudah mengontrol situasi kolam renang, kualitas kebersihan lingkungan dan air kolam terjaga. Tindakan “abusive” dimana warga sebelum covid-19 cenderung menghabiskan waktu 12 jam di kolam renang dan menimbulkan ketidaknyamanan kepada pengunjung lain dapat dihindari dan secara keamanan, aktivitas pengunjung di tepi kolam dan di dalam kolam  lebih mudah dipantau. (Foto: Rieska Wulandari)

By Redaksi

Minds are like parachutes; they work best when open. Lord Thomas Dewar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X