RI3SKA.COM – Ahli ekonomi andal, yang juga mantan Kepala Bank Sentral Eropa, Mario Draghi (73) menyatakan kesanggupannya kepada Presiden Republik Italia Mattarella yang telah meminta kesediannya untuk memimpin Kabinet menggantikan mantan Perdana Menteri Giuseppe Conte yang mengundurkan diri, akibat tidak mendapatkan dukungan penuh dari Partai Italia Viva, partai koalisi mayoritas.
Tokoh lulusan Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan juga seorang profesor Ekonomi di beberapa Universitas Italia, Draghi dikenal sebagai sosok yang menyelamatkan Eropa pada krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2012. Usai pernyataan kesanggupannya, bursa di Italia dikabarkan langsung memberikan reaksi positif, meski ia sendiri tak memiliki basis politik utama di Italia.
Dalam pernyataannya di hadapan publik, Rabu (3/2/2021) Draghi mengatakan bahwa Italia saat ini sedang menghadapi masa yang sangat sulit dan dalam kondisi darurat akibat pandemi Covid-19 yang membawa kepada resesi.
“Kita akan memenangkan pandemi, menyelesaikan kampanye vaksinasi, menawarkan jawaban atas masalah keseharian warga, meluncurkan kembali negara ini, adalah tantangan yang kita harus hadapi bersama,” ujarnya.
Pria kelahiran 3 September 1947 yang dikenal dengan julukan “Super Mario”, pada saat menjabat sebagai pimpinan Bank Sentral Eropa, berjanji akan melaksanakan “apapun yang diperlukan untuk menyelamatkan zona euro selama krisis utang”.
Ahli Politik Daniela Gianneti, dari Universitas Bologna dalam pertemuan secara daring dengan Asosiasi Jurnalis Asing, Stampa Estera di Italia, Rabu (3/2/2021) mengatakan keputusan Mattarella merupakan keputusan yang diambil sesuai dengan konstitusi.
Ia menjelaskan, setelah mundurnya PM Conte, Presiden Mattarella memiliki beberapa jalan yang dapat dipilih yaitu, pemilu atau mencari pemimpin teknis institusi, namun kelihatannya Presiden mengambil jalan untuk memilih pemimpin teknis yang diterima dengan reservasi oleh Mario Draghi, seorang sosok prestise dan penting.
Dalam perspektif konstitusional proses ini menurutnya sangat sah, sehingga merupakan jalan keluar yang diambil oleh Presiden Mattarella, dalam konteks prerogatif seorang Presiden.
Ia juga mengatakan, pemilu di saat pandemi tidak bisa dilakukan dengan mudah dan bisa membawa keterlambatan kepada kemungkinan datangnya “recovery fund” yang dijadwalkan pada bulan April. Maka kita tidak bisa membuang waktu, terutama karena negosiasi bisa menghabiskan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan. “Ini merupakan langkah yang bijak,” tandasnya.
Penulis: Rieska Wulandari – Jurnalis, ketua Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indonesia (ISKI) Cabang Eropa
Editor: Rieska Wulandari