Papua dan Banjarmasin menggebrak Milan, pada 7/10/2023, dengan sajian busana menawan yang menampilkan kekayaan budaya Papua dan Banjarmasin, namun mendapat sentuhan desain modern, karya generasi muda yang diasuh oleh Papua Youth Creative Hub (PYCH). Tak hanya orisinil, busana yang mereka bawakan juga mampu bersanding harmonis dengan produk fashion dunia, menghadirkan sebuah kombinasi yang kaya dan sangat segar.
Penampilan dari 8 desainer Papua, antara lain Eunike Yunita, Jenita Hilapok, Ezterlin Baranzano, Jenae Marien, Lusy Sampary Umpora, Alfianty Mandosir, Yan Fredrik Pepuho dan Antika CInta Penerus mempesona pelaku industry fashion Italia- Tak kalah, Banjarmasin juga menampilkan busana karya desainer Katherine Ambasari, Fahmi Refa, Ariy Arka, Sandi Agustinus dan Indah Darry. Acara ini juga didukung dengan batik papua karya Jimmy Afaar.
Panggung busana perdana ini bisa terwujud berkat kerja keras Ruth Josephine, diaspora Indonesia yang memiliki latar belakang Fashion Management dari Universitas mode di Milan yang berkolaborasi dengan perusahaan event organizer Seven Star dari Jakarta. Acara ini juga dikurasi dan diasuh langsung oleh fashion stylist Martina Gillardi dan Matteo D, berkolaborasi dengan Franco dari Vintage Dellirium Milano, make up artist oleh Alice Veloso dan team BSI.
Jurnalis internasional, pengusaha, publik penggerak dan pecinta Fashion di Milan, menyambut antusias pada sajian busana yang ditampilkan malam itu, tak hanya menyampaikan decak kagum, mereka juga terlihat memoborng produk kerajinan Papua dan Banjarmasin yang ditawarkan di pop-up store sebagai rangkaian dari promosi promosi dalam kegiatan itu.
Dolly Sartika, CEO Seven Star Event Organizer yang memprakarsai acara ini mengatakan Milan sebagai kota yang memiliki GDP terbesar dari sektor industri kreatif merupakan kota yang tepat mewakili Indonesia yang juga memiliki potensi ekonomi kreatif. Ia juga mengatakan, Milan merupakan ibukota fashion dan penentu trendsetter dunia, dimana kota ini memiliki kantor konsulat kedua terbanyak di dunia setelah New York dan juga memjadi tuan rumah bagi markas Asosiasi Jurnalis Asing yang beranggotakan 110 media massa dari seluruh dunia, sehingga berada di Milan merupakan sebuah keputusan strategis yang diharapkan menghasilkan buah yang manis, baik bagi ekonomi Indonesia maupun Italia.
Asisten Gubernur Papua, Suzana Wanggai: mengatakan Papua adalah Propinsi paling timur di Indonesia yang sangat kaya akan sumber daya alam. Namun karena lokasinya terpencil, maka Papua perlu memperkenalkan dirinya ke Italia dan melakukan langkah inisiatif untuk membuka jalan perekonomian dan investasi, mengingat potensi Papua sangat tinggi, namun masih belum terolah, oleh karena itu menurutnya, untuk memompa ekonomi daerah, Papua mengundang Italia untuk melakukan kerjasama di berbagai bidang.
Saat melakukan kunjungan ini Tim dari Papua juga sempat melakukan pertemuan dengan asosiasi bisnis di Italia, berupa promosi produk makanan dan kerajinan melalui toko “Pop-up store” dan juga peragaan busana dan peragaan seni dan musik yang semarak dibawakan oleh penyanyi Indonesia yang memenangkan kompetisi menyanti di Italia, “Together Now”, Cahayadi Kam yang populer dengan nama panggilan Eki, penyanyi berbakat dari Papua Sonya Margaretha Bara dan penampilan unik menggunakan sisir dan plastik namun menghasilkan suara seperti alat musik saxophone yang kerap tampil di panggung jazz nasional, Mesakh Frans Rumbino.
Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina kepada para jurnalis di Milan mengatakan bahwa kota yang dipimpinnya yaitu Banjarmasin di Kalimantan Selatan, sangat kaya dengan sungai, sehingga daerahnya disebut dengan kota seribu sungai, yang memberikan sumberdaya alam yang melimpah luar biasa. Kehadiran team dan desainernya di Milan adalah dalam rangka memperkenalkan kain khas yaitu kain Sasirangan.
Sementara itu, Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Milan, Sri Bimo Adhi Yudhoyono menyampakan pada hadirin bahwa potensi Indonesia sangat luar biasa, dimana dalam kesempatan malam itu, Indonesia baru memperkenalkan dua etnis, sementara tercatat lebih dari 1000 etnis di Nusantara.
“Kalau saya harus membawa setiap etnik ke Milan, mungkin butuh waktu setiap hari selama beberapa tahun untuk memperkenalkan semua, tapi kalau memang perlu, ya saya akan support ide itu, ” ujarnya diiringi tawa hadirin.
Sebagai informasi, para desainer yang hadir yaitu : Eunike Yunita, desainer yang juga koordinator bidang Fashion Designer Papua Youth Creative Hub Jayapura, Papua. Desainer muda lainnya adalah Ezterlin Baranzano, seorang mahasiswi pendidikan bahasa yang terjun ke dunia seni sejak bangku SMP dan menjadi Putri Ekowisata Indonesia 2022 sebagai Best Talent
Selanjutnya Jenita Hilapok, mahasiswa Seni Rupa Murni dari Institut Seni Budaya Indonesia-Papua yang sangat tertaruk pada seni mural budaya pegungungan tengah Papua, yang menjadi ciri khas karya karyanya.
Turut tampil, Jeane Marien, seorang desainer grafis dan illustrator yang memutuskan untuk mejadi desainer busana dan mendapat pelatihan dari Papua Youth Creative Hub dan karya-karyanya membawa karakteristik khas Papua.
Dalam kesempatan ini juga hadir karya Lusi Sampary Umbora yang focus mendesain dan memproduksi aksesoris khas Papua dan juga terjun di dunia fashion setelah mendapat pelatihan di tempat yang sama.
Sementara itu, Alfianty Mandosir yang mendapatkan darah seni dari keluarganya yang juga memiliki studio seni, turut juga memeriahkan acara malam ini.
Tak hanya perancang wanita, hadir pula perancang busana pria, Yan Fredrik Pepuho yang telah dilatih oleh keluarganya untuk menjadi pengusaha dan dengan darah seni yang diwarisi dari keluarga besarnya yang berasal dari Sentani, yang dikenal sebagai pengrajin lukisan kulit kayu Papua yang sudah ada sejak ribuan tahun.
Tampil juga Antika Cita Panerus, seorang sarjana pendidikan Tata Busana yang komit membuat rancangan adi busana, custom made dan custom rent di Papua.
Sementara itu dari Banjarmasin, diwakili oleh Katherine Ambasari, seorang perancang Busana yang mendapatkan bakatnya dari sang Ibunda yang telah bergerak di bidang yang sama, selain perancang ia juga berpengalaman sebagai modl. Karya-karyanya khas dengan kain Sasirangan, kebanggaan Banjarmasin Sulawesi Selatan.
Karya Fahmi Refa dari Banjarmasin juga turut tampil di Milan, yang fokus pada gaun pengantin dan kebaya Sasirangan.