Desainer-desainer muda Indonesia, dengan bangga membawa kekayaan dan kearifan seni budaya dalam tenun dan karya megalitikum ke pentas desain dunia.
Salone del Mobile edisi ke – 61 tahun ini dihadiri oleh 307.418 pengunjung atau naik 15% dibanding tahun lalu. Pameran yang diselenggarakan di area Rho Fiera Milano ini juga diikuti oleh
2000 perusahaan dan 34% brand datang dari manca yaitu sebanyak 37 negara.
Presiden Salone del Mobile Maria Porro yang ditemui secara khusus di markas Asosiasi Jurnalis Asing, Stampa Estera Milan, mengatakan pihaknya menunggu dan menyambut desainer-desainer Indonesia yang dianggapnya sangat potensial dan memiliki ciri yang khas.
Dalam kesempatan kali ini, desainer asal Indonesia, Hendro Hadinata yang memberikan fokusnya pada warisan budaya Indonesia, tampil memukau pengunjung pameran dengan koleksi yang terinspirasi pada kebudayaan megalitikum seperti Lore Lindu.
Ia juga aktif mencari pengrajin dari seluruh pelosok Nusantara, agar keterampilan mereka tidak punah, dengan cara berkolaborasi sehingga karya-karya studionya menjadi perbaduan antara desain minimalis dan upaya pelestarian keterampilan para pengrajin di seluruh Nusantara.
Fixture lampu yang ditampilkan Hendro misalnya, adalah hasil pencariannya atas keterampilan pengrajin Sumba yang mampu “menjalin logam”.
Sofia Gebhard, Mahasiswa Desain asal Jerman yang ditemui di lokasi mengatakan sangat terkesima melihat fixture lampu produksi Hendro, karena logam merupakan material yang alot untuk dibentuk dalam jalinan.
Pukau Pengunjung Dengan Jalinan
Warna vermilion atau oranye kemerahan yang terang dan berani, mendominasi paviliun Indonesia, sebuah gebrakan kontras dibandingkan paviliun lainnya dari seluruh dunia yang memilih “jalan aman” dengan pewarnaan yang serba natural.
Paviliun Indonesia, hadir di Superstudio, Milan, dalam koordinasi antara Jakarta Creative dan ICAD, Pemerintah DKI Jakarta dan s juga tampil di Superstudio, Via Tortona Milano.
Desainer Coordinator paviliun Indonesia, Harry Purwanto, tampil menggebrak dengan tema Weaving The World, yang tampak dominan dengan warna jingga – vermilion dimana pengunjung seolah disambut debur ombak samudera.
Pameran yang dikurasi oleh Diana Nazir ini selama setahun terakhir ini, menampilkan karya Ayu Andiani dan Harry Purwanto, BaNa X Taga, BYO by Tommy Ambyo, Djalin, Iyonono, KaIND, KAIT Handmade, Mangmoel, Polkas Goods by Rina Renville dan Nuantika, Rinaldy Yunardi, RUEVERSE by Savira Lavinia, Studio Hendra Hadinata, Threadrapeutic, VIRO X ITJUK X KEZIAKARIN.
Pengunjung juga tampak antusias mengagumi produk-produk yang dibuat oleh para desainer Indonesia.
Mariangela Fardella, pemerhati seni dan kebudayaan Indonesia tercengang melihat keindahan karya tangan pengrajin dan desainer, yang mampu menampilkan karya spektakuler dengan membawa kearifan budaya lokalnya.
Jakarta Tourism and Creative Economy Department, mengatakan Sektor desain saat ini tidak bisa lagi dipandang remeh. Pemerintah DKI melihat potensi dari Pendapatan Daerah tahun 2021, sektor desain produk meraih angka Ro. 626,67M dan desain interior hingga Rp. 364,38M
Rieska Wulandari dari Milan.