RI3SKA.COM – Warga Maroko di Milan, Rayakan Ramadan dengan Antusias
Sejak pemerintah Italia menyatakan status darurat Covid-19 di wilayah Italia dicabut mulai 31 Maret lalu, suasana Ramadan tahun ini jauh lebih hangat dibanding tahun lalu, dimana Italia saat itu, menerapkan zona merah karena dirundung wabah dan sedang gencar melakukan vaksinasi.

Saat ini dari 60 jutaan penduduk Italia, diperkirakan ada 1,4 juta umat islam mukim di Italia dan sekitar 450.000 diantaranya adalah warga Maroko yang merupakan salah satu etnis muslim terbesar di Italia. Lembaga Initiatives and Studies on Multi-etchicity, IISMU Institut, mengatakan hingga 2016 ada 2,34 persen populasi Italia adalah mulsim.

Di Milan, terdapat setidaknya 7.923 penduduk muslim asal Maroko dan kawasan Via Nasario Sauro, Milan, merupakan salah satu kawasan yang menjadi salah satu tempat persimpangan orang Maroko karena di kawasan ini terdapat Konsulat Maroko, Bank Maroko, ahli penerjemah bahasa Maroko, konsultan pekerjaan dan keuangan untuk pekerja Maroko, Restoran, bazaar yang menyediakan makanan dari mulai daging halal hingga makanan olahan berstandar halal, pernak-pernik peralatan rumah tangga dan dekorasi, oleh-oleh dan kerajinan hingga pakaian dan kitab untuk pengajian.

Rajaa, wanita asal Maroko yang ditemui di Milan mengatakan ia telah tinggal di Italia sejak 2004 dan baru mengikuti ibadah puasa sejak ia memasuki usia 14 tahun.

“Pada awalnya, sulit menjalankan puasa karena saat itu saya di sekolah dan tidak ada satupun yang mempraktekan puasa, jadi saya puasa sendirian dan saya harus menyiapkan jawaban atas ribuan pertanyaan, dimana orang juga masih makan di hadapan saya, jadi saya harus banyak menahan diri. Waktu masih kecil, saya rasakan itu sebagai tantangan yang sulit, tetapi setelah tumbuh dewasa, saya terbiasa dan saya menganggapnya sebagai bagian dari kehidupan warga biasa,” ujarnya sambil tertawa.

Di musim semi seperti saat ini, waktu terbit dan terbenam matahari menjadi sangat panjang, sehingga berpuasa bisa memakan rentang waktu 15 jam per hari. Ia mengaku berpuasa di musim semi di negara empat musim, memang dirasa sangat menantang.

“Meski waktu puasa sangat lama, pada dasarnya tergantung saat matahari terbit dan terbenam, hanya dibutuhkan tekad dan iman terutama iman untuk menjalaninya,” ujarnya sambil tersenyum.

Sementara itu Alla, pemilik toko khas produk Maroko di Milan mengatakan, selama ramadan tahun ini mulai terasa lebih banyak pergerakan dibanding saat pandemi tahun lalu. Banyak warga muslim mencari makanan untuk sahur dan berbuka terutama buah korma, biji-bijian kering, makanan manis khas dari negaranya dan tentu saja daging dan produksi makanan olahan halal.

Selain itu, pakaian tradisional juga banyak diburu oleh pembeli. “Kami membutuhkan pakaian ini untuk ritual ibadah saat berpuasa dan hari raya nanti,” ujarnya dengan senyum.

RIESKA WULANDARI, dari Milan, Italia.

By Redaksi

Minds are like parachutes; they work best when open. Lord Thomas Dewar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X