RI3SKA.COM – SEOUL, KOREA SELATAN – Korea Utara menyatakan tidak akan berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo mendatang karena khawatiran akan pandemi virus corona.

Kementerian olahraga negara itu mengatakan keputusan itu dibuat “untuk melindungi para atlet dari krisis kesehatan masyarakat dunia yang disebabkan oleh COVID-19,” dalam sebuah pernyataannya Senin kemarin.

Jika Korea Utara menindaklanjuti keputusan tersebut, hal ini akan menjadi yang pertama kalinya mereka melewatkan Olimpiade sejak 1988, ketika pertandingan diadakan di Seoul.

Dengan demikian, Korea Utara merupakan negara pertama yang menarik diri dari pertandingan Tokyo tahun ini.

Pertandingan Tokyo telah ditunda setahun karena virus corona dan rencananya akan dimulai pada tanggal 23 Juli yang akan datang dengan langkah-langkah pencegahan virus yang ketat.

Korea Utara, yang sangat rentan terhadap wabah penyakit, telah memberlakukan tindakan pencegahan yang paling ketat di dunia terhadap virus corona.

Selama lebih dari setahun, negara itu telah berusaha untuk menutup perbatasannya hampir sepenuhnya dan telah menerapkan pembatasan perjalanan domestik yang lebih ketat dari biasanya.

Korea Utara menegaskan pembatasan perbatasannya telah berhasil mencegah virus keluar dari negara itu – klaim yang dibantah oleh sebagian besar para ahli.

Beberapa pengamat Korea menyatakan keprihatinan Pyongyang akan menggunakan pandemi untuk memperpanjang pembatasan kejamnya tanpa batas waktu untuk memaksakan kontrol yang lebih besar kepada penduduknya.

Korea Utara merupakan salah satu negara termiskin di dunia, kata pengamat dan tidak memiliki infrastruktur kesehatan yang memadai. Pemberlakian “lockdown” dalam menghadapi virus corona memperburuk keadaan, sampai muncul laporan tentang kekurangan makanan dan obat-obatan.

Dampak Pada Diplomasi

Keputusan Korea Utara untuk melewatkan Olimpiade Tokyo menunjukkan bahwa penutupan tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Tetapi para ahli mengatakan Pyongyang bisa membalikkan keputusannya.

“Hal ini tampaknya merupakan keputusan politik yang dirancang untuk menghina / menekan Tokyo & Seoul dalam masalah kesehatan masyarakat,” ucap Jean Lee, Direktur Program Korea di The Wilson Center di Washington, D.C. melalui media sosial twitter.

Korea Selatan telah mengusulkan penggunaan pertandingan musim panas sebagai katalisator untuk memperbarui diplomasi olahraga antara kedua Korea.

Strategi seperti itu telah berhasil di masa lalu, yang mana pada tahun 2018, Seoul berhasil mengubah kerja sama olahraga antar-Korea di Olimpiade Musim Dingin menjadi serangkaian pertemuan Utara-Selatan, yang akhirnya mengarah kepada pembicaraan antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump.

Pembicaraan tersebut sekarang telah terhenti selama lebih dari setahun. Korea Utara mengatakan bulan lalu bahwa mereka menganggap pembicaraan apapun hanya “buang-buang waktu” kecuali Amerika Serikat mengubah pendekatannya.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, pemimpin Partai Demokrat, memiliki masa jabatan kurang dari satu tahun lagi dan masih bersedia melanjutkan pembicaraan dengan Korea Utara.

Beberapa orang di Korea Selatan mendorong Korea Selatan dan Utara untuk bersama-sama menjadi tuan rumah pertandingan Olimpiade 2032, meskipun demikian masih belum jelas apakah Pyongyang akan menerimanya.

Sumber: VOA News, RAINEWS24

Penulis: JG
Editor: Rieska Wulandari

By Redaksi

Minds are like parachutes; they work best when open. Lord Thomas Dewar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X