RI3SKA.COM – Melukis adalah sesuatu yang baru saja digeluti oleh diaspora asal Cirebon yang pernah sepuluh tahun tinggal di Bali dan kini menetap di Italia sebagai pengusaha di sektor pariwisata yaitu penginapan (farm house).

Selama masa pandemi, Purnawati yang biasa disapa Wati, mengatakan usahanya di sektor pariwisata, agak tersendat karena berbagai hal dan situasi namun itu tak menyurutkan semangatnya.

Ia memilih memanfaatkan waktu dengan melukis atau membuat berbagai macam kerajinan untuk dekorasi rumah dan juga sekelilingnya.

“Awal keinginan melukis itu muncul ketika saya tinggal di Bali, setelah selesai masa kuliah. Kemudian ketika pindah ke Italia, kami butuh lukisan untuk menghias rumah, saya putusakan untuk belanja peralatan dan material dan mencoba membuat lukisan sendiri. Ternyata lukisan saya khas dan unik, karena tidak sama dengan lukisan yang ada di toko dekorasi, sejak itu, saya jadi suka praktek berkerajinan sendiri, terutama sekarang saat pandemi, saya kembali fokus pada kegiatan ini,” ujar wanita yang juga pernah juara 1 dalam ajang menari tingkat nasional Lomba Joged di RCTI yang dipandu Nita Thalia pada tahun 2004  dan berprofesi sebagai penari latar di Indosiar tahun 2005
Obyek keseniannya macam-macam, dari mulai kanvas hingga guci gelas dan keramik, semua disasarnya.

“Keluarga saya sudah paham, kalau saya sedang berkarya, mereka tak berani menyentuh material saya, sampai berhari-hari, posisinya bisa sama,” tulisnya dalam status media sosialnya yang ceria.

Ia mengaku kadang butuh waktu berhari-hari untuk mencari inspirasi gambar dan lukisannya. “Berkesenian itu harus dari daya pikiran kita sendiri, kalau bisa jangan menduplikat karya orang, ini yang perlu waktu,” ujarnya.
Tak hanya cat, ia juga bermain dengan kerikil dan juga kacang yang dia jadikan karya hiasan berupa angsa yang cantik.

“Ya saya gunakan material yang ada di sekitar kita, untuk berkesenian,” ujarnya sumringah.

Penulis: Rieska Wulandari – Jurnalis, ketua Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indonesia (ISKI) Cabang Eropa
Editor: Claudia Megany

By Redaksi

Minds are like parachutes; they work best when open. Lord Thomas Dewar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X